Makalah
Tentang
Sejarah Perkembangan Logika
Dosen Pengampu: Hasanil Asyari, M.Ag
Anggota kelompok:
1.
Abdurrazzaqul
Karim
2.
Maman
Kasmayudi Sauri
3.
Diya’
Islamika
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI
(IAIH)NW PANCOR
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah tuhan semesta alam ynag telah melimpahkan karunia dan rahmatNya
sehingga kita masih diberikan nikmat sampai saat ini. Sholawat serta salam tak
lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam kita baginda nabi besar Muhammad
SAW yang telah mengajarkan kita akhlak yang mulia untuk hidup di bumi ini.
makalah ini membahas tentang pengertian, jenis, dan pembentukan kata.
Makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman para pembaca sekaligus untuk memenuhi
tugas dari dosen kami khususnya di mata kulyah Logika Ucapan trimakasih juga
tidak lupa kami sampaikan kepada rekan-rekan anggota kelompok yang bersedia
aktif membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami sadari
makalah ini memang jauh dari sempurna, karenanya tegur sapa dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca atau berbagai pihak demi
kesempurnaannya. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT, Amin.
Pancor,
01 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan
masalah...................................................................................... 1
1.3. Tujuan
penulisan........................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah perkembangan logika.................................................................. 2
2.2 Asal-usul .................................................................................................. 2
A. Zaman yunani....................................................................................... 2
B. Zaman Shopistika................................................................................. 2
C. Abad pertengahan................................................................................. 4
2.3. Macam-macam logika.............................................................................. 8
1. Logika klasik............................................................................................ 8
2. Logika modern........................................................................................ 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Logika
merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode dan hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan antara penala
ran yang benar
dan penalaran yang salah .
Kata ’logika’
pertama kali digunakan oleh
Zeno dari
Citium, sedangkan perintis lahirnya logika yaitu kaum Sofis, Socrates, dan
Plato. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus, dan kaum
Stoa (Mundiri,
2006, h.2).
1.2. Rumusan masalah
a. Bagaimana Sejarah
berkembangnya logika
b. Logika
Klasik
c. Logika
modern
1.3. Tujuan
a. Memahami sejarah perkembangan logika dan
macam- macamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Perkembangan
Logika
1. Asal Usul
Logika ada semenjak manusia ada di
dunia, walaupun dalam tingkat yang sederhana,
dalam kehidupan manusia pasti mempraktikkan hukum berpikir, persoalannya manusia
itu tidak menyadari ia telah melakukan kegiatan berpikir.
Hal yang seperti itu disebut sebagai logika naturalis atau logika
alamiah.
|
Manusia berkembang semakin
kompleks. Sejalan dengan itu manusia seringkali mengalami kesulitan dalam
melakukan olah pikir untuk menyelesaikan maslahnya.
Masalah yang konpleks itu
terpecahkan secara benar, maka manusia membuat aturan-aturan berpikir,
hal inilah yang biasa dikenal dengan sebutan logika artificialis /
logika buatan
|
A. Zaman Yunani
Sebagaimana ilmu lainnya,
pemikiran tentang logikapun berawal dari Yunani, semenjak zaman Kuno Yunani
orangnya pun telah mengusahakan tentang logika artificialis
B. Zaman Sophistika (abad ke 5 SM) telah tercatat dan menalarkan hukum berpikir yang
bertujuan awalnya hanya untuk mencari kebenaran, tetapi bergeser diplesetkan
dalam pengertian politis, yaitu ingin mencari kemenangan dalam sebuah
perselisihan.
|
Contoh:
Bentuk
pemikiran yang diusahakan masa lalu hanyalah pada permainan kata-kata demi
kemenangan dalam perselisihan
- Barangsiapa yang lupa itu bodoh
- Barangsiapa
yang banyak belajar, banyaklah tahunya dan banyaklah lupanya
- Maka orang
yang banyak belajar akan makin bodoh
|
a. Socrates, Plato dan
Aristoteles
Permainan kata kaum shopistika
menimbulkan reaksi dikalangan filsuf, dengan diawali Socrates (469 – 399 sm)
membangun logika dalam arti yang benar sebagai kritik terhadap kaum
shopistika.
Usaha Socrates dilanjutkan oleh
muridnya Plato (427 – 347 sm) berlanjut ke Aristoteles dan berhasil menyusun
logika yang hingga saat ini dipakai dalam ilmu pengetahuan. Selanjutnya
disebut Logika Aristoteles yang buah pikirannya disebut Organon yang
berarti alat untuk mencapai pengetahuan yang benar.
|
• Posisi Aristoteles sebagai guru
Alexander (putra raja Macedonia, Philip) dan guru filsafat di sekolah yang
didirikannya di Athena, the Lyceum, menjadikan pemikirannya banyak dikenal di
tengah-tengah masyarakat Yunani.
• Logika Aristoteles mendapatkan
tempat yang sangat prestis khususnya dalam dunia pengetahuan. Logika
Aristoteles telah mampu merapikan ‘muntahan ide’ Plato yang terabadikan dalam
“dialog”nya. Pemikirannya mampu menghegemoni rasionalitas bangsa Yunani,
bahkan seolah-olah menutup bayang-banyang dua filsuf besar sebelumya,
Socrates dan Plato.
• Masyarakat Yunani menganggap
Aristoteles sebagai Tuhan dan Dewa rasionalitas. Jargon rasionalitasnya mampu
meluluhkan ilmuwan pada zamannya demi mengungkap hakekat sebuah kebenaran.
Rasionalitas dalam ilmu akan selalu diagungkan seperti halnya demokrasi dalam
politik.
|
b. Logika
Aristoteles
• Perumusan logika oleh Aristoteles sebagai dasar ilmu
pengetahuan secara epistemologi bertujuan untuk mengetahui dan mengenal cara
manusia mencapai pengetahuan tentang kenyataan alam semesta -baik sepenuhnya
atau tidak- serta mengungkap kebenaran. Akal menjadi sebuah neraca, karena
akallah yang paling relevan untuk membedakan antara manusia dengan segala
potensi yang dimilikinya dari makhluk lain.
• Wa Ja’ala Lakum al-Sam’a wa al-Abshâr wa al-Af`idah” ( QS: 67 Ayat 23). Oleh Ibnu Khaldun kata “af`idah” bermakna akal untuk berfikir yang
terbagi dalam tiga tingkatan.
|
Tingkatan
Akal Menurut Ibn Khaldun
• Pertama, akal yang memahami esensi di
luar diri manusia secara alami. Mayoritas aktifitas akal di sini adalah
konsepsi (tashawwur), yaitu yang membedakan apa yang bermanfaat dan
apa yang membawa petaka.
• Kedua, akal yang
menelorkan gagasan dan karya dalam konteks interaksi sosial. Aktvitas akal di
sini adalah sebagai legalitas (tashdiq) yang dihasilkan dari
eksperimen. Sehingga akal di sini disebut sebagai akal empirik.
• Ketiga, akal yang
menelorkan ilmu dan asumsi di luar indera, lepas dari eksperimen empirik atau
yang biasa disebut “akal nazhari”. Di sini konsepsi (tashawwur) dan legalitas
(tashdiq) berkolaborasi untuk menghasilkan konklusi.
|
Aristoteles
mengenalkan logika sebagai ilmu (logica scientica), logika disebut analitica,
yang meneliti berbagai argumentasi berdasarkan proposisi
yang benar sedangkan dialektika meneliti argumen yang proposisinya
masih diragukan kebenarannya. Inti logika Aristotels adalah silogisme.
Buku Aristotels to Oraganon (alat):
|
Pelopor
Logika
§ Plato (427SM – 347SM).
§ Theophrastus (370SM – 288SM), mengembangkan
logika Aristoteles
§ Zeno (334SM –
226SM) mengenalkan istilah logika.
§ Galenus (130 – 210) dan Sextus Empiricus (200) dua orang dokter medis
mengembangkan logika menggunakan metode geometri dan mengenalkan sistematisasi
logika.
§ Porohyus (232 – 305) membuat pengantar pada Categoriae.
§ Boethius (480 – 524) menerjemahkan Eisagoge
Porphyrius dalam bahasa Latin dan mengomentari.
§ Johanes Damascenus (674 – 749) menerbitkan Fons
Scienteae.
|
C. Abad Pertengahan (800 – 1600 m)
Masa ini logika dikembangkan
dan dihargai, orang Erofa belajar dengan orang Islam. Diantaranya dinasti
Abasiyah dikenal Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dengan mengajarkan logika yang
berasal dari Aristoteles, namun karena ajaran mereka sudah tidak murni lagi,
maka orang Erofa pada abad ke 13 mencari sumber aslinya.
Aristoteles dianugrahkan
sebagai bapak Logika, di abad pertengahan dikembangkan logika modern, hingga
dewasa ini logika dikembangkan menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang luas.
|
• Perkembangan ilmu berawal dari
penerjemahan gede”an masa Al-Ma’mun (dimulai masa al-Mansur) dari Dinasti
Abbasiyah. Ketika itu, Al-Ma’mun bermimpi bertemu dg Aristoteles.
Perbincangan mereka mengarah pd sumber kebenaran adlh akal. Al-Ma’mun
mengirim delegasi ke Roma guna mempelajari bbrp ilmu kemudian diterjemahkan
ke dlm bhs Arab. Yahya bin Khalid bin Barmak ‘Sang Hero’ pd masa itu, karena
dia telah berhasil membujuk bahkan membebaskan karya para intelektual Yunani
dari genggaman Romawi. Hal yg ditakutkan oleh Raja Romawi dari karya para
intelektual Yunani adah ketika buku” tersebut dikonsumsi rakyatnya dan mulai
tersebar maka agama Nasrani kemungkinan akan ditinggalkan, dan kembali pd
agama Yunani.
• Ilmu asing yang diadopsi Arab
diklasifikasikan oleh Khawarizmi berjumlah sembilan cabang ilmu, dan mantik
adalah salah satu di antaranya. Ayyub bin al-Qasim al-Raqi yang menerjemahkan
Isagog dari bhs Suryani ke Arab yang awalnya telah diadopsi dari
Madrasah Iskandariah.
|
• Pindahnya Madrasah Alexandria
ke Syria membawa banyak pengaruh dalam dunia pengetahuan. Penertiban dan
penyusunan ketika itu menjadikan logika sebagai pedoman dan ilmu dasar dalam
bidang astronomi, kedokteran dan kalam yang berkembang pesat di Arab sekitar
abad IX-XI M. Sarjana Islam mulai proaktif dalam mengembangkan ilmu yang
bernafaskan sains, termasuk Ibnu Sina (1037 M.), seorang filsuf muslim yang
juga dokter dan Abu Bakar al-Razi yang mengawali pembukuan ilmu kedokteran
dan farmasi. Ibnu Rusyd (1198 M.) kemudian ikut andil dalam mengkolaborasikan
logika Aristoteles dengan ilmu Islam termasuk filsafat dan nahwu. Al-Ghazali
juga mulai mengkolaborasikan mantik dengan ilmu kalam pada periode
selanjutnya.
|
• Dalam riwayat al-Qadli
al-Sha’id al-Andalusi (1070 M./462 H.) dijelaskan, bahwa Ibnu Muqaffa’ (760
M./142 H.) diyakini sebagai penerjemah awal ilmu mantik. Ia telah
menerjemahkan tiga buku karya Aristoteles yaitu, Categorias, Pario Hermenais,
Analytica, serta Eisagoge karya Porphyry.
• Hunain bin Ishaq, salah satu
ahli bhs, jg berpartisipasi menerjemahkn berbagai disiplin ilmu Yunani ke dlm
bhs Arab. Bahkan Ishaq jg ikut menerjemahkan dari bhs Suryani. Dalam buku Thatawwur
Mantiq al-Araby dijelaskan, sekitar tahun 800 M. adlh awal penerjemahan
buku” Yunani.
• Organon adlh kitab pertama yg
diterjemahkan ke Arab. Orang-orang Nasrani ketika itu juga banyak membantu
dalam proses penerjemahan, yg secara tidak langsung pemikiran Aristoteles
berkembang biak tidak hanya dlm kedokteran, astronomi dan matematika
melainkan mulai menyentuh wilayah teologi Kristen.
|
• Sejak saat itu, mantik menjadi
pemeran utama dlm ilmu kedokteran dan mulai berkembang dalam bahasa Arab
sekitar abad ke-9 hingga abad ke-11 M. yg diprakarsai oleh Yahya bin
Musawiyah, spesialis penerjemah ilmu kedokteran dari Yunani ke Arab.
• Hadirnya madrasah di Jundisapur
(Persia) yg mengawali pelatihan penerjemahan dari teks Yunani pd awal abad
pertama yg akhirnya berpindah ke Bagdad. Dari sinilah lahir sarjana muslim
yang berkompetensi tinggi untuk mengenalkan mantik dalam ilmu keislaman,
sebut saja Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Razi, Al-Ghazali dst.
|
• Stoicisme mengklasifikasikan
ilmu menjadi 3, yaitu metafisika, dialektika dan etika. Dialektika adlh
logika. Mereka cenderung memasukkan logika bagian dari Filsafat.
• Berbeda dg Ibnu Sina (1037 M.)
dlm bukunya al-Isyârât wa al-Tanbîhât yg memisahkan logika sbgai ilmu
independen sekaligus sbgai pengantar.
• Al-Farabi (950 M.) berpendapat
bahwa mantik adalah Ra’îs al-‘Ulum yg independen. Keterpengaruhan
mantik arab dengan neo-platonisme dan Aristoteles sangat jelas jika dilihat
dlm hal ini, krn essensi logika itu sendiri adalah ketetapan hukum untuk
mengetahui sesatut yang belum diketahui.
|
Ibnu Khaldun mengklasifikasikan
ilmu ada dua;
• pertama ilmu murni-independen
(‘ulûm maqshûdah bi al-dzât) seperti ilmu syari’at yang mencakup ilmu
tafsir, hadits, fikih dan kalam, dan ilmu filsafat yg mencakup fisika dan
ketuhanan.
• Kedua, ilmu pengantar (âliyah-wasîlah)
bagi ilmu-ilmu murni-independen, seperti bhs Arab dan ilmu hitung sebagai
pengantar ilmu syari’ah, dan mantik sbg pengantar filsafat.
• Pengkajian
ilmu pengantar hendaknya hanya sebatas kapasitasnya sebagai sebuah alat bagi
ilmu independen. Jika tidak, ilmu alat atau pengantar akan keluar dari arah
dan tujuan awal, dan bisa mengaburkan pengkajian ilmu-ilmu independen.
|
• Perjalanan mantik Arab
mengalami sedikit goncangan dari ulama klasik. Bantahan dan sanggahan
terhadap al-Kindi tak dapat dihindari. Menurut mereka belajar filsafat sama
halnya belajar sesuatu yang menyesatkan. Parahnya, mereka mengklaim bahwa
mempelajari filsafat dan mantik adalah bagian dari perbuatan setan.
• Imam al-Syafi’i banyak mengeluarkan hadist-hadist larangan terhadap
pembacaan logika dan filsafat. Salah satunya berbunyi “akan dianggap bodoh
lagi diperdebatkan bagi mereka yang mulai meninggalkan bahasa Arab dan
berganti mempelajari filsafat Aristoteles”.
• Padahal Imam Syafi’i banyak menggunakan
metode eksplorasi (istiqrâ`) untuk mengambil istinbath hukum. Ada pula
riwayat yang berbunyi “barang siapa yang mempelajari logika, maka
disamakan dengan kaum zindiq”. Intinya, menyatakan pelarangan terhadap
mantik dan filsafat, seperti yang sudah dikemas oleh Syeikh Islam Ismail
Harawi dalam periwayatannya.
|
• Kecaman dan penolakan terhadap
mantik berawal ketika Al-Mutawakkil mulai menduduki kekhalifahan Abbasiyah
(846 M/232 H). Penentang terbesar terhadap pemikiran Yunani adalah golongan teolog
Asy’ariyah terutama Al-Ghazali (1059-1111 M).
• Mantik dan filsafat terus dikecam oleh doktrin ke-salafan, sampai pada
akhirnya muncul Ibnu Rusyd pemikir besar Islam yang berani melawan mainstream
tersebut dengan bukunya Tahâfut al-Tahâfut. Yang juga menjadi
komentator atas aliran Aristoteles –selain Ibnu Sina dan Ibn Rusyd- adalah
Suhrawardi dengan magnum opusnya “Hikmat al-Isyraq”, yang berisikan
kritikan terhadap aliran Paripatetik dan filsafat materialisme yang dianut
oleh aliran Stoicisme.
|
• Perlawanan terus berlanjut
bahkan sampai puncaknya pada abad ke-13 dan ke-14 M. Apalagi setelah
terbunuhnya filsuf muslim Sahruwardi pada akhir abad ke-12 M., muncul dua
penentang papan atas yaitu, Ibnu Sholah (1244 M.) dan Ibnu Taimiyah (1328
M.). Adapun Ibnu Taimiyah melakukan pemboikotan terhadap buku-buku filsafat
dan mantik, serta melontarkan predikat ‘kafir’ terhadap Ibnu Sina dalam
bukunya “Majmu’ah Rasâ`il al-Kubrâ” (terbitan Kairo, hal 138).
• Pada masa inilah, pengikisan
mantik mulai terlihat. Muncul setelahnya, abad ke-14 M. Imam Al-Dzahabi yang
juga melakukan perlawanan terhadap perjalanan filsafat dan mantik Yunani.
Hal-hal seperti itulah yang dilakukan ulama salaf guna membendung fitnah
dalam pentakwilan teks-teks suci al-Qur’an dan Hadist.
|
• Al-Ghazali menyatakan bahwa
teologi retoris sangat kering jika hanya berkutat dgn logika tanpa menyentuh
epistem demonstratif, shg butuh sebuah upaya harmonisasi demi mencapai
teologi yang mampu menghilangkan skeptisisme.
• Mantik dalam pandangan
al-Ghazali terbagi dua, yaitu mantik Aristoteles yang mencakup segala
pengetahuan kecuali teologis, dan mantik “kasyfi” yang hanya mencakup masalah
ketuhanan.
• Menurut Ibnu Khaldun, logika empirik (mantiq hissi) juga dapat
diklasifikasikan sebagai bagian dari mantik, yang mendasari problematika
kemasyarakatan.
• Dalam ilmu kalam, al-Ghazali
lebih mengunggulkan metode analogi (qiyâs) dari pd eksplorasi (istiqrâ’)
karena dianggap tidak dapat membenarkan teori ketuhanan, terwujud dari
ketidakseragaman antara dunia metafisis dan realita.
|
Perkembangan
di Barat
• Pengaruh rasionalitas Aristoteles terhadap peradaban
Eropa secara periodik terbagi 3, yaitu permulaan abad Masehi (abad ke-2 dan
ke-3 M.) ; pertengahan abad (sekitar abad ke-13 - abad ke-16 M.)
; akhir abad ke-19 M.
• Otoritas gereja pd abad pertengahan menghegemoni
hampir semua wilayah Eropa dengan mengusung etika rasional sebagai titik
tolak pemikiran, sehingga wahyu Tuhan seakan dipaksakan untuk memasuki
wilayah akal. Inilah yg menimbulkan perpecahan dalam gereja.
• Abad ke-12 M, gereja mulai menerjemahkan karya sarjana Muslim yang
berpusat di Spanyol dan Napoli. Orang Yahudi ketika itu banyak mempelopori
penerjemahan kitab kedokteran, logika, matematika, astronomi dan filsafat.
Buku filsafat pertama yang diterjemahkan adalah al-Syifa’ karya Ibnu Sina
(1037 M.) yang sangat melegenda kemudian mulai melebarkan sayap terhadap
karya Al-Farabi dan Al- Kindi.
|
• Adopsi karya” tersebut didukung
dengan hadirnya Madrasah Paris yg sedang naik daun dan dapat ‘restu’ dari Raja
Philip dan Agustus. adopsi karya sarjana muslim tidak berjalan mulus bahkan
mendapatkan penyangkalan dan pembantahan dari pihak gereja yang masih
fundamentalis yg dianggap berlawanan dengan hasil konsensus gereja, maka
secara resmi gereja mengeluarkan pelarangan dan pemboikotan terhadap karya
Aristoteles pada tahun 1210 M.
• Kemudian menerjemahkan karya
Aristoteles langsung dari buku Yunani, inilah yg banyak membantu Thomas
Aquinas dlm pembaruan gereja. Di sinilah awal permulaan terbaginya madrasah
Eropa menjadi empat pusat keilmuwan, yaitu madrasah Agustine, Dominika,
Rasional Latin dan Oxford.
|
D. Logika
Modern
q Buku-buku Aristotels masih
digunakan
q Thomas Aquinas (1224-1274) mengadakan
sistematisasi logika
q Tokoh-tokoh Logika Modern
q Petrus Hispanus (1210-1278)
q Roger Bacon (1214-1292)
q Raymundus Lullus (1232-1315) menemukan Ars Magna sejenis aljabar pengertian.
q William Ocham (1295-1349)
q Thomas Hobbes (1588-1626) menulis Leviatan dan John
Locke (1632-1704) menulis An Essay Concerning Human Understanding.
q Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan logika induktif dengan bukunya Novum Organum
Scientarium.
q J.s. Mills (1806-1873) menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
|
q Tokoh-tokoh Logika Simbolik
q G.W. Leibniz (1646-1716)
q George Boole (1815-1864)
q John Venn (1834-1923)
q Gottlob Frege (1848-1925)
q Chares Sandres Peirce (1839-1914) filsuf USA memperkenalkan dalil
Peirce.
q Alfred North Whitehead (1861-1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872-1970) puncak kejayaan logika simbolik
dengan terbitnya Principia Mathematica.
q Ludwig Wittgenstain (1889-1951),
Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dll
q Logika sebagai matematika murni, matematika adalah
logika yang tersistimatisasi, matematika adalah pendekatan logika kepada
metode ilmu ukur menggunakan simbol-simbol matematik (logika simbolik).
Logika tersistimatisasi dikenalkan oleh Galenus dan Sextus
Empiricus.
|
• Pada hakekatnya relasi mantik
dan filsafat tidak akan terpisahkan, karena ‘berfilsafat’ harus menggunakan
akal sehat dg melepas subjektifitas. Sedangkan agama dasar utamannya adalah
kekuatan iman, bukan akal.
• Pergolakan iman Kristiani
banyak tercabik-cabik dalam pertengahan abad pertama, yaitu dg munculnya
asumsi gereja yg menyatakan tidak adanya filsafat dlm agama krn itu sangat
mustahil. Melihat tujuan utama agama nasrani adalah “fikratul khallash”, yg
menurut sebagian tokoh gereja tidak ada sangkut-pautnya dengan filsafat.
• Berbeda dg pemikiran Agustine
yang banyak menghubungkan wilayah agama dan rasionalitas. Dalam bukunya “De
Civitate Dei” dikatakan bahwa filsafat Kristen adalah cinta akan kebenaran,
dan kebenaran merupakan ‘kalimah’ yg menyatu dlm tubuh al-Masih. Argumen
selanjutnya, Agustine tidak mengakui otoritas wahyu, karena nasrani adalah
agama yang rasional.
• Agustine menjelaskan korelasi
antara rasionalitas dan iman, bahwa fungsi akal mendahului iman (Ratio
antecedit fidem) guna menjelaskan nilai-nilai kebenaran dalam akidah,
sedangkan tujuan iman mendahului akal (Credo ut intelligam) hukumnya wajib
agar akal digunakan untuk memikirkan akidah.
|
• Dan dari sini dapat ditarik
benang merah bahwa tujuan hakiki filsafat adalah bukan berpikir untuk
berakidah, melainkan berakidah untuk berpikir. Hal ini sangat berlawanan
dengan pernyataan Thomas Aquinas (1274 M.), bahwa berpikir merupakan titik
pemberangkatan untuk berakidah.
• Pemisahan rasionalitas dengan
agama juga menjadi bahasan utama oleh Dr. Zaki Najib Mahmud, sejatinya agama
berangkat dari wahyu disertai nash-nash ilahiyah yang terjaga, maka ketika
membahas ‘rasionalitas agama’ lebih ditujukan kepada proses penalaran yang
berangkat dari agama. Nash agama selalu bersifat tunggal, tetapi nash yang
berangkat dari penalaran agama akan bervarian selaras dengan perbedaan segi
pandangan akal terhadap agama.
• Zaman Renaissance adalah yang
menjembatani perkembangan rasionalitas dari abad pertengahan ke era modern
sekitar tahun 1400-1600 M. dengan tokoh utama Francis Bacon (1562-1626 M.),
Nicollo Machiavelli (1469-1527 M.). Mereka mulai menguak kebudayaan klasik
Yunani-Romawi kuno yang dihidupkan kembali dalam kesusastraan, seni dan
filsafat. Jargon utamanya adalah “Antroposentris” ala mereka, pusat perhatian
pemikiran tidak lagi wilayah kosmos, melainkan manusia. Mulai sekarang
manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
2.2. Macam –macam logika
A. Logika Klasik
Logika klasik pertama kali diperkenalkan oleh
Aristoteles (384-322 SM), filsuf dan ahli sains dari Yunani, seorang murid
dari Ajademi Plato, sehingga logika yang diperkenalkannya disebut Logika
Aristoteles.
Aristoteles
mengembangkan suatu aturan-aturan untuk penalaran silogistik yang benar.
Menurutnya, suatu silogisme adalah suatu argument yang terbentuk dari
pernyataan-pernyataan dengan salah satu atau keempat bentuk berikut :
Suatu
silogisme yang berbentuk sempurna disebut well-formed syllogism jika ia
memiliki dua buah premis dan satu kesimpulan, di mana setiap premis memiliki
satu pokok (term) bersama dengan kesimpulan dan satu lagi pokok bersama
dengan premis lainnya.
Contoh
silogisme :
Semua mamalia
menyusui (Premis Mayor)
Kuda adalah
mamalia (Premis Minor)
Kuda menyusui
(Kesimpulan)
Kesimpulan
dapat diambil jika subjek dari premis minor adalah bagian dari subjek premis
mayor. Predikat kalimat kesimpulan adalah predikat premis
mayor.
B.
Logika Modern
Logika Modern
atau Logika Simbolik dikembangkan dari logika Aristoteles oleh Augustus De
Morgan (1806-1971) dan George Boole (1815-1864).
Logika ini
membahas argument-argumen yang memungkinkan sesuatu dapat dimasukkan ke dalam
bentuk yang lebih luas daripada hanyabentuk silogistik. Logika ini juga
mengenalkan symbol-simbol untuk kalimat yang lengkap dan perangkai-perangkai
yang akan merangkainya, misalnya “and”, “or”, “if…then….” dll.
Logika klasik
dan logika modern termasuk dalam logika deduktif, di mana premis-premis dari
suatu argument yang valid harus memiliki kesimpulan, atau kebenaran suatu
kesimpulan harus mengikuti premis-premisnya.
Dalam bentuk
biasa, semua well-formed sentences di dalam logika modern memiliki satu nilai
saja dari dua nilai berikut, yaitu benar (true=1) atau salah (false=0).
Logika modern
dijadikan dasar pembuatan aljabar Boole yang dikembangkan oleh George Boole
dan menjadi dasar teori tentang pengembangan komputer digital.
Suatu
well-formed sentences akan diformulasikan dalam bentuk suatu rumus sehingga
dinamakan well-formed formulae (wff). WFF berbentuk suatu ekspresi logika
atau bentuk logika yang menggunakan tanda kurung biasa yang tepat dan
sempurna sehingga disebut fully parenthized expression (fpe) dan setiap
pernyataan di dalamnya hanya memiliki satu nilai 0 atau 1.
Logika
matematika yang menangani masalah WPF yang hanya memiliki nilai benar atau
salah adalah :
C. Logika Banyak Nilai
|
|
BAB III
PENUTUP
Dari semua
uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Logika merupakan ilmu yang mempelajari
metode-metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan antara penalaran
yang benar dan penalaran yang salah dan masih banyak lagi pembahasan tentang
logika yang sangat luas sesuai dengan perkembangannya.
Kemudian ada
beberapa macam logika yaitu
A.Logika klasik
yang pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles (384-322 SM), filsuf dan ahli
sains dari Yunani, seorang murid dari Ajademi Plato, sehingga logika yang
diperkenalkannya disebut Logika Aristoteles.
B. Logika
Modern atau Logika Simbolik dikembangkan dari logika Aristoteles oleh Augustus
De Morgan (1806-1971) dan George Boole (1815-1864).
Logika ini
membahas argument-argumen yang memungkinkan sesuatu dapat dimasukkan ke dalam
bentuk yang lebih luas daripada hanyabentuk silogistik. Logika ini juga
mengenalkan symbol-simbol untuk kalimat yang lengkap dan perangkai-perangkai
yang akan merangkainya, misalnya “and”, “or”, “if…then….” dll.
Demikian sedikit rangkaian tentang sejarah perkembangan logika dan masih
banyak lagi yang bisa kita pelajari di buku-buku referensi
yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA